Bismillah
Mak...nyos, muantab, enak tenan... dll
Mungkin kata-kata itu sering kita denger di acara-acara kuliner di televisi Indonesia, yang mewakili bahwa makanan tersebut sangat lezat.
Acara kuliner ini rata-rata ada disemua chanel televisi indonesia yang membahas makanan-makanan enak, makanan-makanan berkelas, makanan-makanan unik dan lain sebagainya
Dengan adanya acaranya itu kita bisa mencatat alamat resto/cafe/warung untuk mencobanya.
Tapi pernahkah kita berpikir. ......
Kalo yang menonton itu saudara-saudara kita yang sehari hanya bisa makan sebungkus nasi warteg yang itu pun hanya berisi nasi, tempe dan tahu. Jauh dari kelezatan yang ada di layar kaca kuliner tersebut.
Mungkin makanan-makanan yang disajikan di acara-acara kuliner tersebut hanyalah impian belaka mereka saja.
Mereka makan hanyalah untuk menambah tenaga mereka dalam mendapatkan rejeki di hari esok, mereka tidak pernah berpikir makanan ini kurang garam, makanan ini kurang merica, makanan ini kurang kecap dan lain sebagainya.
Masih beruntung untuk mereka yang belum berkeluarga, coba bayangkan kalo mereka yang sudah mempunyai keluarga dengan anak minimal satu. Apa yang bisa diterangkan ke anaknya tentang acara tersebut?
Nak makanan itu hanya untuk para pejabat-pejabat berdasi saja, Jadi doain bapak yah biar hasil penjualan koran bapak bisa meningkat, bapak bisa menjadi pejabat dan kita bisa bersama-sama menikmati makanan yang ada di televisi itu nak.
Dan tidak tertutup kemungkinan sang anak menanyakan acara tersebut kepada orang tuanya.
Pak, daging ayam itu rasanya seperti apa sih? Kapan kita bisa merasakan daging ayam itu?
Pak, minuman kok bisa berwarna warni, kok ada buahnya didalamnya? Kapan kita bisa mencobanya?
Pak, aku lapar, aku kepengen sekali makan makanan yang ada di televisi itu?
dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan sulit lainnya yang harus dijawab.
Tapi siapakah yang bertanggung jawab atas perbuatan ini ? Merekakah? Media Televisikah?
Mungkin hati nurani lah yang bisa menjawab.
Coba kita lihat hadis dibawah ini :
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda, ''Makanan untuk dua orang, cukup untuk tiga orang. Makanan tiga orang, cukup untuk empat orang." (Hadis Mutafaq 'Alaih).
Apabila kita mengikuti sabda nabi diatas dengan setulus-tulusnya, mungkin yang namanya jurang pemisah antara si miskin dan si kaya tidak pernah ada.
Dan makan yang paling enak itu adalah makan dengan saudara-saudara kita dengan berbahagia. Kita bisa saling cerita dan berbagi, ada banyak tambahan pengalaman berharga dengan cara makan seperti itu. Waktu kita tidak terbuang dengan sia-sia
Tapi pernahkan kita memakan makanan di tempat mahal bersama dengan orang-orang aneh yang hanya memikirkan diri sendiri. Apakah enak makanan itu? Apakah senang perasaan kita? Apa ada tambahan pengalaman yang berharga?
Banyak arti dan maksud dari hadist diatas.
Jadi sebaiknya acara kuliner-kuliner diatas, bisa lebih menghargai perasaan saudara-saudara kita yang masih kekurangan.
Mungkin bisa dengan cara memasukkan acara tersebut ke acara premium (Indovision/Astro) karena hanya bisa ditonton untuk user yang layak. Sehingga sensitifitas saudara-saudara kita tidak terganggu.
Akhirul salam. Assalamu'alaikum Wr Wb
Selasa, April 22, 2008
Langganan:
Postingan (Atom)